Senin, 29 Oktober 2012

Q pasti bisa


Hari ini sama seperti kemarin, belum ada kepuasan yang ku harapkan. Terkadang berfikir tuk berhenti dan mengakhirinya. Tapi jiwaku menolak dan berkata ‘masa cuma ini kemampuanmu? Mana semangatmu yang dulu?’ hmmmmmmm, aku bingung. Niat ingin menanamkan pendidikan di kehidupan mereka, tapi aku malah mengeluh melihat mereka yang hanya ingin bermain. Seharusnya akupun tidak boleh memaksa kehendak serta keinginanku, dan tidak pula terlalu mengikuti kemauan mereka yang hanya ingin bermain. Harus ada perubahan dan mengganti metode belajar yang lebih efektif agar mereka mau mengikuti peranku sebagai guru, serta dengan suka rela untuk menimba ilmu.
            Aku yakin pasti bisa, ku mantapkan keputusanku dengan membaca basmallah. ‘bismillahirrahmanirrahim’. Akupun mulai menghadapi anak didikku dan mengganti peranku dari seorang kakak menjadi seorang guru les. Perlahan kuamati wajah-wajah mereka yang agak riang sebelum memulai kegiatan belajar malam ini.
“Wah, ceria banget nih adik-adik kakak? Lagi pada ngapain sih?” tanyaku
“Ini nih kak, si Fadli, tadi kan dia itu kejar-kejaran sama si Dimas, terus kakinya tersandung meja jadinya jatuh deh, he..he…” jawab kakaknya Fadli
“hmmmm, masa ada yang jatuh malah di tertawakan sih? Terus, ada yang luka nggak?” tanyaku khawatir
“Nggak ada kok kak, Cuma agak sakit sih” jawab Fadli
“Lain kali, jangan main kejar-kejaran lagi ya, ya udah sekarang kita mulai belajarnya yuk!” ajakku kemudian.
“Tapi jangan lama-lama ya kak” pinta Putri (salah satu anak yang ikut les)
Hmmmmm, gini ini nih yang bikin aku pusing, belum mulai aja udah minta cepat pulang. Tapi aku hanya tersenyum mendengarnya “Kita lihat nanti aja ya Put, kalau belajarnya cepat selesai, kita pasti cepat pulang juga” ujarku menjelaskan.
“Hari ini kita belajar matematika ya”
“Iya kak” koor mereka sambil mengeluarkan buku
“Hari ini kakak mau bikin permainan, siapa yang mau main??” tanyaku
“Aku kak, aku kak!” jawab meraka beriringan
“Tapi main apa kak?”
“Hmmmm, main apa ya kita? Gimana kalau main botol?” ajakku
“Botol kak? Gimana cara mainnya tuh?” Tanya Ain dengan wajah polosnya
“Nah, ini kan ada botol, caranya tuh botol ini kita putar, nanti kalau botolnya berhenti tepat di depan kalian misalnya di depan Putri, harus menjawab soal yang akan kakak kasih. Gimana, setuju semuanya?”
“Oke deh kak! Tapi kalau salah jawabannya nggak ada sanksi kan kak?”
“Tetap ada dong..” godaku
“Yahh kakak… kok gitu sih?” ujar mereka dengan tampang cemberut
(Aku tertawa pelan) “Sanksinya nggak susah kok, bagi siapa yang salah nanti harus menyetor perkalian, gimana gampangkan?”
“Oke deh kak, gampang itu” ujar mereka bersemangat. Nah, jawaban ini yang aku suka. Dari bermain sampai memberi hukuman semua ada manfaatnya untuk mereka semua. Ide ini tiba-tiba muncul di benakku ketika aku melamunkan metode bermain apa yang pas untuk mereka agar tidak jenuh. Alhamdulillah mereka setuju.
Permainan putar botolpun di mulai. Awalnya  mereka terlihat tegang karena takut kalau-kalau botolnya berhenti tepat di hadapan mereka, tapi semua berjalan sesuai harapan dan keinginanku. Dan yang bikin aku bahagia, soal-soal yang aku berikan  dapat mereka jawab dengan benar. Meski salah satu dari mereka ada yang salah, rasa kecewa itu tidak ada karena mereka semangat dalam menyetor perkalian yang menjadi hukumannya.
 Jam menunjukkan pukul 21.00 menandakan les telah selesai
“Nah, sekarang udah jam 21.00 loh, waktunya kita pulang” ajakku
“Loh, kok cepat kali ya kak?” Tanya Putri yang tadi minta pulang cepat
 Aku tersenyum mendengarnya “Semua itu terasa cepat karena putri merasa senang dalam mengerjakan soal-soal yang kakak berikan, begitu juga dengan yang lainnya” tuturku padanya sambil mengacak-acak rambutnya, dia hanya tersenyum
“Iya kak, seru banget. Besok main kayak gini lagi ya kak biar semangat!” pinta Fadli
“Oke deh, sekarang sebelum pulang kita baca doa dulu yuk!” ajakku
Setelah selesai membaca doa, mereka menyalamiku satu persatu
“Hati-hati pulangnya ya dek…”
“iya kak, Assalamualaikum” koor mereka
“Wa’alaikumsalam” jawabku senang
Alhamdulillah les kali ini selesai dengan menyenangkan dan memberi kepuasan yang selama ini ku inginkan, akupun berjanji akan mencoba mencari cara bermain sambil belajar yang bisa membuat mereka tidak jenuh atau bosan dalam belajar. “Terimakasih ya Allah telah membantuku”.
            Ku tutup pintu setelah mereka pergi meninggalkan rumahku, dan mencoba rebahan untuk mengistirahatkan badanku yang agak letih sambil mengembangkan senyum yang begitu indah.
                                                ____Selesai____


Senin, 19 Desember 2011

Disaat Semua Telah mengerti



Ini ntah malam yang keberapa aku selalu memandanginya dari balik gorden biru kamarku, hidupku seperti tersihir hanya tuk melihat dan memandangnya walau hanya sedetik. Hampa rasanya kalau belum melihat dia, sesosok yang baru dua minggu ini kulihat dan melihatnya menjadi rutinitasku setelah atau ingin tidur. Dia adalah tetangga baruku yang hampir sempurna baik fisik maupun materi meskipun aku nggak tau gimana keperibadiannya karena aku bukanlah orang yang pandai membaca isi hati orang. Tapi sejauh pengamatanku dia orang yang ramah dan penuh dengan senyum, hmmmmm… makanya aku selalu memandanginya dan dibenakku selalu berkata “kapan ya aku bisa kenalan dengannya??” sebuah impian yang ntah kapan tercapainya. Tapi kalau Tuhan mengabulkan doaku, aku akan loncat-loncat sambil teriak-teriak, he..he..(nggak apa-apa meskipun ntar ada yang nyangka aku orang gila ^^).

“Niez, kamu belum tidur?” tiba-tiba abangku masuk ke kamar

“eh, belum bang” aku buru-buru menutup gorden

“kamu sedang apa, Kok jam segini belum tidur? Trus tadi abis ngelihatin apa keluar jendela?”

“belum ngantuk bang, hmmmm…nggak liatin apa-apa kok bang, emangnya ada apa?”

“oh, kirain habis ngeliatin tetangga baru itu, abang mau pinjam kamus kamu, ada?”

“ada nih bang.”

“ya udah, dah malam nih tidur gih besok kan harus kuliah.”

“sip bang, habis ini juga mau tidur.” Setelah memberikan kamus abangku pun keluar kamar ‘hampir aja ketahuan’ batinku.

Oh iya, aku lupa memberitahu siapa aku sebenarnya. Namaku Arniez, aku anak kedua dari dua bersaudara, yang tadi itu abangku namanya Rizal, kami hanya tinggal berdua, ortu kami telah meninggal dunia empat tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Kini aku duduk di bangku kuliahan tepatnya semester enam, sedangkan abangku adalah seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta milik orang Cina. Abangkulah yang menjadi pengganti kedua orangtua kami, aku sayang banget sama dia, dia pernah bilang belum akan menikah jika aku belum tamat kuliah. Kasian abangku, dia mau mengesampingkan keinginannya demi aku, adiknya yang paling dia sayangi. Aku berjanji akan selalu mendengar nasehatnya dan tidak akan mengecewakannya. Tapi aku tuh payah dalam hal percintaan, umurku sudah dua puluh satu tahun tapi aku belum pernah punya pacar, payah bangetkan aku tuh. Padahal aku kan nggak jelek-jelek amat, tapi aku percaya sama Tuhan kalau sudah waktunya pasti jodohku akan datang menjemputku. Amin. ^^


****     ****     ****


“hoammmm..” aku pun terbangun dari tidurku dan mulai merenggangkan otot-otot sarafku dengan melakukan senam kecil, setelah itu aku menuju ke kamar mandi. Selesai mandi akupun bersiap-siap pakain dan menuju ruang makan untuk sarapan bersama abangku.

“ hari ini pulang jam berapa Niez?” abangku membuka pembicaraan sambil makan.

“biasa bang, jam empat sore.” Jawabku dengan mulut penuh nasi goreng

“sepertinya abang pulangnya agak telat Niez.”

“loh, emang abang mau kemana?”

“abang mau menjenguk teman yang masuk UGD kemarin malam, kamu jangan lupa beresin rumah ya Niez.”

“oke bos.! Abang hati-hati ya bawa motornya” pesanku

“ea dek, ya udah abang berangkat duluan ya, assalamualaikum.”

“wa’alaikumsalam”

Selesai makan akupun berangkat kuliah dengan mio kesayanganku, tapi ntah kenapa pas di depan perumahan aku bisa nabrak orang padahal aku bawanya nggak ngebut. ‘oups’. Dengan tergesa aku membangunkan motorku lalu menghampiri orang yang baru kutabrak.

“kamu nggak papa?” tanyaku perlahan.

“hmmm, yapz it’s ok!” ujarnya sambil membersihkan pasir yang menempel d baju dan celananya.

Perlahan dia meluruskan pandangannya tuk melihatku, seketika itu juga aku terkejut dan terdiam seribu bahasa :-O ……


                                          **(-______-‘)**



“hallo……!” tegurnya mengejutkanku yang sedang terpaku tak percaya dengan yang kulihat dihadapanku.

Tergagap aku menjawabnya. “eh, iya maaf” ucapku.

“Maaf ya, tadi aku nggak sengaja” sambungku merasa bersalah.

“iya, nggak papa kok.” Ujarnya sambil tersenyum. ‘wah….. manis banget senyumannya lebih manis dari tetangga baruku’ aku jadi senyum-senyum sendiri melihat senyumannya, semoga dia nggak nganggapku gila.

“sekali lagi maaf ya, aku bener-bener nggak sengaja padahal bawa motornya udah bener loh” ujarku memberi penjelasan. Lagi-lagi dia hanya tersenyum mendengar ocehanku.

“ya mbak, nggak apa-apa kok, mungkin sayanya juga yang kurang hati-hati tadi. Tapi sekarang saya harus buru-buru pergi, ada urusan yang harus saya kerjakan. Permisi mbak.” Ujarnya sopan sambil berlalu dari hadapanku.



Aku pun bergegas meneruskan perjalanan ke kampus, tepatnya buru-buru karena sepuluh menit lagi jam pelajaran pertama akan dimulai. Agak ngos-ngosan juga setibanya di kelas tercinta. Hummmff. Untung saja dosennya belum masuk, kalo nggak, bakal nggak dikasih masuk deh aku. ‘emang rakyat Indonesia nih selalu aja untung’ gumamku sambil tersenyum.
Tiba-tiba sobatku mengejutkanku dari belakang “woi!!” soraknya melengking abis.
“apaan sih loh?? Budek beneran ntar gue gara-gara suara petir loh!” pelotot ku bercanda.
“he..he… canda aja kali niez, dari mana aja kok tumben baru nyampe?”
“iya nih, tadi abis nabrak orang” jawabku sambil ngeluarin buku dari dalam tas.
“what??? Kok bisa? Terus loh kabur gitu??” tanyanya panjang lebar tanpa titik koma
“helloooooo, biasa aja kali, orang yang ditabrak juga nggak seheboh elo! Nggak lah, gila aja kalo gue main kabur  abis nabrak orang”
“terus gimana ?”
“apanya yang gimana?”
“lo bawa ke rumah sakit atau nggak?”
“nggak” jawabku singkat.
“loh, kenapa?”
“dia nya yang nggak mau, katanya nggak apa-apa. Terus dia pergi deh” jawabku
“aneh…” ujar sobatku, tapi sebelum aku bales omongannya dosen kami masuk membawa seseorang.  ‘Eh tunggu dulu, itu bukannya cowok yang abis ku tabrak tadi ya? Siapa dia, apa dia mahasiswa baru?’ akupun mulai bertanya-tanya sendiri.
“Siang anak-anak” sapa dosen kami
“siang pak” koor kami
“seperti yang saya katakan kemarin, bahwasannya mulai minggu depan saya ada tugas di luar kota maka hari ini saya mendatangkan asisten yang  sementara akan menggantikan saya mengajar mata kuliah ini. Perkenalkan ini Pak Jhonatan. Anggaplah dia seperti saya, meskipun umur beliau tidak terpaut jauh dengan kalian semua.” Ujar Pak Didin dosen Psikolog kami.
Setelah memberi intruksi kepada Pak Jhonatan, Pak Didin pun meninggalkan ruangan. Pak Jho pun memulai perkuliahan dengan perkenalan antara dosen dan mahasiswa.
“salam kenal, saya Jhonatan anggara, saya di beri tugas untuk menggantikan Pak Didin mengajar mata kuliah ini. Jika ada yang ingin bertanya saya persilahkan” ujarnya ramah.
“Pak Jho lulusan dari mana?” Adil memulai pertanyaan.
“Saya lulusan dari University of South Australia, dengan bidang study Psychological Science.”
“wah hebat,” celetuk wina “itu dapat beasiswa atau regular pak?” tambahnya.
“Alhamdulillah, itu semua saya dapat dari beasiswa.” Jawabnya.
Kelas semakin ramai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke Pak Jho, tapi Cuma aku yang terdiam tanpa sedikitpun bertanya. ‘Ya ampun, ternyata yang ku tabrak tadi dosen penggati? OMG..!! gimana nih, jadi malu aku’. Aku terus bergumam merasa bersalah plus malu. Tapi kayaknya dia lupa sama kejadian tadi pagi, malah dia tersenyum ketika pandangan mata kami beradu. Syukur deh batinku.
“Pak, kening bapak kenapa? Kok seperti habis jatuh gitu?” celetuk siska yang duduk di barisan depan. ‘Oups,’
“Oh, tidak apa-apa, tadi saya terantuk ketika ingin membuka lemari. Jadinya memar seperti ini.” Jawabnya. Ya ampun, aku kira bapak itu akan menceritaka kejadian yang menimpanya tadi pagi plus sekalian mempermalukan aku yang ceroboh ini. Tapi ternyata semua pikiranku salah. ‘thanks pak’ batinku.


Minggu, 18 Desember 2011

Jalan bareng temen lama + yang baru kenal. seru banget!!!
ya....meskipun kami di guyur hujan.
daripada berjalan tanpa tujuan.
berdiam membuang waktu.
mending berbagi senyum dengan yang lain
menatap indahnya alam
dan menikmati hidup yang hanya 1 x ini...

hidupmu pasti akan terasa lebih bermakna..
apa lagi, jika kita bisa menebarkan kebaikan..
wah... pokoknya MANTABZ BANGET !!
coba dan rasakan sendiri deh... (^____^)

liat tu si zubed ja sampe kedinginan gitu... lucu posenya. he..he....
aku pengen bener-bener bisa menggenggam bumi dalam pengetahuan.
pasti keren banget tuh, ilmu tuh kan luas banget, lebih luas malah dari lautan yang ada di Bumi ini meskipun semuanya digabungkan.
pengen banget rasanya bisa mengelilingi bumi ini untuk menambah ilmu pengetahuanku yang masih dangkal ini. dan menjadkan diriku lebih bermakna.